Diksi.net, Palu – Puluhan penyintas Kota Palu, mendatangi kantor DPRD Kota Palu dengan sejumlah tuntutan. Salah satu nya adalah rawannya terjadi pelecehan seksual persoalan yang sampai saat ini masih membayangi warga Hunian Sementara (Huntara).
Salah satu penyintas perempuan yang masih menempati huntara hutan kota, Sartini Haris mengatakan bahwa kondisi huntara tidak lagi layak untuk ditinggali membuat penyintas perempuan tidak nyaman.
“Parahnya ada anak SD yang menjadi korban kekerasan seksual di Huntara yang saat ini saya tempati,” kata Sartini, Rabu (08/03/2023).
Hal tersebut dikarenakan banyaknya dinding Huntara yang sudah rusak, bahkan kamar mandi di Huntara sudah tidak layak lagi untuk digunakan.
“Kami ini perempuan, jadi hal itu jadi ancaman bagi kami, sehingga tolonglah pemerintah bisa perhatikan kami yang masih di Huntara,” ungkapnya.
Perihal kasus kekerasan seksual yang telah ditangani oleh aparat berwenang, kemudian pelakunya telah hukuman di Rutan Maesa Palu, kami berharap tidak ada lagi korban seksual selanjutnya di huntara.
Menanggapi hal ini, anggota DPRD Palu, Ratna Mayasari Agan, sangat prihatin dengan perempuan yang tinggal di Huntara. Sehingga dirinya meminta agar hal ini segera diselesaikan dengan mengagendakan kembali rapat dengar pendapat dengan pihak terkait.
“Apalagi sampai ada korban seksual, ini menjadi penting segera dicarikan solusi. Karena saya juga perempuan jadi tahu betul apa yang menjadi kebutuhan perempuan, ” ujarnya.
Selain hal itu, massa aksi juga meminta agar DPRD Kota Palu bisa mencarikan solusi dan desakan kepada pemerintah Kota Palu untuk pembebasan lahan dengan harga senilai Rp 400 juta.