Daerah  

Ponpes NW Auma Dukung Ops Madago Raya Cegah Radikalisme

Pondok Pesantren NW Auma Dukung Ops Madago Raya Cegah Radikalisme. (Foto : ist).

Diksi.net, Parigi Moutong – Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darussholihin Nahdlatul Wathan (NW) Auma yang berada di Desa Sausu Auma, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, menyatakan dukungan penuh terhadap Satgas Operasi Madago Raya 2025 dalam upaya mencegah penyebaran paham radikal di wilayah tersebut.

Ketua pelaksana harian Yayasan, Saparwadi, menegaskan bahwa pesantren yang telah berdiri sejak 2010 ini berkomitmen menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta menjauhkan santri dari ideologi kekerasan.

“Pondok pesantren kami menolak keras segala bentuk paham radikal yang dapat memicu tindakan terorisme. Kami siap mendukung aparat keamanan dalam pelaksanaan Operasi Madago Raya, khususnya di wilayah Kabupaten Parigi Moutong,” ujar Saparwadi, Kamis (10/4/2025).

BACA JUGA :  Ratusan Eks Napiter Ikuti Upacara Peringatan Proklamasi di Poso

Pondok Pesantren Darussholihin NW Auma merupakan cabang dari lembaga induk di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang didirikan oleh ulama kharismatik, Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Cabang di Sulawesi Tengah ini didirikan oleh murid beliau, Haji Ahmad Abror, dan telah berjalan selama 13 tahun.

Pesantren ini memiliki tiga jenjang pendidikan formal, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (setara SD), Madrasah Tsanawiyah (setara SMP), dan Madrasah Aliyah (setara SMA), serta mengadopsi kurikulum nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Agama. Setiap hari Senin, para santri juga mengikuti upacara bendera sebagai bentuk pembinaan jiwa nasionalisme.

“Selain pendidikan formal, kami juga memiliki program unggulan seperti Tahfidz Al-Qur’an, Tilawah, Tahfidz Hadis Arbain, serta kursus Bahasa Arab dan Inggris,” jelas Saparwadi.

BACA JUGA :  Pajak Makan Minum 10 Persen Sudah Ada Sejak Dulu

Visi pendidikan di pesantren ini adalah mencetak peserta didik yang berilmu, beriman, bertakwa, serta unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, misi mereka mencakup menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, memperkuat nilai-nilai Nahdlatul Wathan, serta menanamkan karakter disiplin dan santun.

Saat ini, total santri yang menempuh pendidikan umum sebanyak 431 orang, sementara yang mengikuti program Tahfidz dan tinggal di lingkungan pesantren berjumlah sekitar 170 orang. Kegiatan belajar mengajar dibimbing oleh 40 tenaga pengajar, dengan 10 di antaranya tinggal di lingkungan pondok.

Selain fokus pada pendidikan, pesantren ini juga aktif dalam kegiatan sosial keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi dan hari besar Islam lainnya yang melibatkan masyarakat dan tokoh lokal. Para santri juga kerap berprestasi di berbagai lomba keagamaan dan umum, seperti tartil Al-Qur’an dan lomba baca puisi.

BACA JUGA :  Paimin Eks Napiter Poso, Menata Hidup Dari Hasil Pertanian

“Pesantren kami tidak hanya membekali santri dengan ilmu agama dan umum, tetapi juga membentuk karakter dan wawasan kebangsaan untuk menjadi generasi penerus bangsa yang moderat dan berakhlak,” pungkas Saparwadi.