Daerah  

Sulteng Masih Kekurangan Dokter, Terlebih Dokter Spesialis

Ketua IDI Sulawesi Tengah Muhammad Akbar (Kemeja putih) saat memberikan keterangan. (Foto : Redaksidiksi).

Diksi.Net, Palu – Pemerintah sulawesi tengah beberapa tahun terakhir mengalami kekurangan tenaga dokter spesialis.

“total dokter di sulawesi tengah kurang lebih seribu lima ratus-an, sementara yang spesialis 30 persen dari total jumlah tersebut.” Jelas Ketua IDI Sulteng dr. Muhammad Akbar, Sabtu (29/10/2022). 

Ia menungkapkan, bahwa jumlah dokter memang sedikit, dan jumlah jumlah fakultas yang membuka pendidikan spesialis yang ditunjuk pemerintah juga sedikit.

Untuk Sulteng hanya 2 Universitas yang telah memiliki fakultas kedokteran, yaitu universitas tadulako dan alkhairaat. Sulawesi tengah sendiri setiap tahunnya produksi dokter berkisar 50 hingga 100 dokter, namun untuk dokter spesialis masih kurang. Karena kuota penerimaan mahasiswa kedokteran masih dibatasi. 

BACA JUGA :  Pemerintah Terus Upayakan Penurunan Angka Stunting

“saat ini di sulteng memang secara umum masih kekurangan dokter,” tuturnya. 

Ia mengatakan, walaupun telah ada fakultas kedokteran namun masih banyak puskesmas yang tidak memiliki dokter di Sulawesi Tengah. Disisi lain idealnya untuk dokter, 1 berbanding 1000 masyarakat. 

Salah satu penyebab kurangnya dokter, selain biaya pendidikannya mahal, proses kuliah dokter butuh waktu lama. Terlebih untuk dokter spesialis yang hingga mencapai lima tahun.

BACA JUGA :  KPU Palu Koordinasikan Anggaran dan Jamsostek Adhoc Pemilu dan Pilkada 2024

Saat ini IDI sendiri sedang memperjuangkan agar pendidikan di universitas bais beralih ke spesialis hospital bais.

“Sulteng memiliki 3 rumah sakit Tipe B untuk pendidikan kedokteran yaitu rumah sakit Anutapura, Undata dan Parigi,” tutur Akbar. 

Sekaitan dengan itu, Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Sulteng dr. Jumriani sebelumnya telah mengemukakan kurangnya dokter spesialis di Sulteng, menyebabkan rumah sakit daerah sulit menaikkan status kelasnya. Baik itu dari kelas B ke A maupun dari kelas C ke kelas B.

BACA JUGA :  Kondisi Kesehatan dan Psikologi Korban Persetubuhan di Parimo Jadi Prioritas

Sedangkan untuk melengkapi dokter spesialis rumah sakit, pemda terpaksa menyediakan alokasi anggaran berupa insentif dokter spesialis beserta fasilitas pendukung lainnya.

“untuk pemenuhan dokter spesialis anak-anak harus disekolahkan di daerah sendiri, meski biayanya besar,” jelasnya.