Diksi.net, Palu – Salah satu fokus utama pemerintah Sulawesi Tengah adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui stabilitas harga bahan pokok dan pengentasan kemiskinan. Hal tersebut tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025-2030.
Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid menjalaskan, kesenjangan harga pangan antarwilayah di Sulteng yang masih cukup tinggi. Seperti perbedaan harga antara Kota Palu dan daerah Kepulaian seperti Banggai Laut dan Tojo Una-Una.
“Salah satu penyebab inflasi tinggi adalah harga bahan pokok yang melambung. Kami ingin mencari solusi agar harga ini stabil dan merata di Sulawesi Tengah,” ungkap Gubernur Sulawesi Tengah.
Ia mengusulkan mekanisme subsidi distribusi untuk menekan perbedaan harga antara daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, strategi pengentasan kemiskinan juga menjadi perhatian serius, Gubernur menekankan perlunya pendekatan baru yang lebih efektif daripada sekedar bantuan sembako.
Gubernur Sulteng mengusulkan program pendampingan intensif di mana setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bertanggung jawab atas sejumlah warga miskin selama lima tahun hingga mereka mandiri secara ekonomi.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan sembako. Kita harus mendampingi mereka sampai benar-benar keluar dari kemiskinan dengan membuka lapangan kerja dan memberikan akses terhadap ekonomi yang lebih baik,” tegasnya
Anwar juga menyinggung pentingnya program revitalisasi rumah tidak layak huni sebagai bagian dari strategi pengentasan kemiskinan. Ia menyebut konsep Aladdin (atap, lantai, dinding) yang pernah diterapkannya saat menjadi bupati, di mana pemerintah membantu renovasi rumah warga miskin agar layak huni.
Ia menekankan, perubahan besar dalam pola pikir dan kebijakan sangat diperlukan untuk memastikan program pembangunan bedampak bagi masyarakat. “Dengan pendekatan baru ini, kemiskinan dapat ditekan secara signifikan, dan harga bahan pokok tetap terjangkau bagi seluruh masyarakat,” tegas Anwar.
Sementara itu, Anwar juga menyampaikan pengembangan koperasi dan penyimpanan hasil panen menjadi kunci dalam menekan fluktuasi harga pangan. Nantinya, setiap desa di Sulteng diharapkan memiliki satu gudang penyimpanan atau cold storage. Dana desa akan di alokasikan untuk pembangunan infrastruktur tersebut guna memastikan ketersediaan pangan yang stabil sepanjang tahun.
Menanggapi hal itu, Kepala BI Sulteng, Rony Hartawan mengatakan, pentingnya menjaga stabilitas harga dan meningkatkan produtivitas daerah. Ia menjelaskan bahwa konsumsi menjadi faktor utama dalam perekonomian dengan nilai konsumsi di sulteng mencapai 57,3 persen.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan sembako. Kita harus mendampingi mereka sampai benar-benar keluar dari kemiskinan dengan membuka lapangan kerja dan memberikan akses terhadap ekonomi yang lebih baik,” ujarnya.